Jumat, 31 Juli 2015

Untukmu di Seberang Provinsi

Assalamualaikum.

Hei. Apa kabarmu? aku harap Tuhan selalu memeluk dan menjagamu. Ah, maaf kalau aku menulis tentangmu disini. Mungkin aku bisa saja menanyakan kabarmu lewat pesan singkat, tapi aku merasakan bahwa kamu mulai bosan. Jadi, lebih baik aku menulisnya lewat sini, sapa tau juga kamu membacanya.

Hei, maafkan aku yang selalu mengkhawatirkanmu, cemburu saat kau dengan wanita lain, selalu meminta kamu menghubungi aku terus, hingga (sedikit) membuatmu bosan. Maafkan juga karena jarak kita dipisahkan oleh satu provinsi, yang membuat jarak menjadi jauh dan biaya kesana menjadi mahal.

Aku belum pernah ke Jawa Barat, emm maukan nanti kalau aku berkunjung kesana kamu jadi pemandunya?. Inginnya memang agustus ini berkunjung kesana, tapi kamu ingin aku mengungkan niat itu. Jadi, nurut aja deh.

Aku sering memikirkan bagaimana kalau kita bertemu? . kadang aku berpikir “apa aku akan salah tingkah terus? Atau aku bakal menunduk dan diam melulu? Atau bahkan aku kegirangan gak karuan”. Dengar ceritamu saat main disana itu kek seru. Saat mian kamu pasti jarang pegang hp. Jadi, aku berpikiran bahwa itu akan menyenangkan. Makanya aku ingin main disana sama kamu, terus foto bareng buat kenangan dan diunggah ke sosmed. Sehari saja bersamamu itu akan jadi hal sangat berharga. Ya, apalagi untuk jarak kita yang lumayan jauh.

Nanti kalau aku kesana ajak makan pecel ayam ya, aku gatau itu makanan macam apa haha. Ajak naik kereta juga yah di Batu gak ada kereta sih. Gak ketinggalan juga sama puncaknya hehe mau aku bandingin sama puncak di batu :P. Keknya gak cukup sehari untuk melakukan itu semua. Belum lagi kalau ada kejadian tidak terduga. Kadang aku iri sama temenmu yang ada disana. Bisa kapan saja temuin kamu dan ajak kamu main terus bisa mengenalmu lebih dekat. Meski aku terlihat gak memikirkan sesuatu yang macam-macam, tapi pikiranku juga kadang kesana-kemari kalau kamu gak ada kabar. Bukan hanya itu, saat balasanmu padat dan tak seperti biasanya aku juga merasa kek gitu.

Oh ya, biar kamu gak bosan aku juga sengaja ngirim barang tujuannya kejutan kecil dari jarak jauh. Meski harganya tak seberapa dan bisa dibilang “barang tak berguna” aku harap kamu selalu menyukainya. Jujur saja aku lebih suka memberi barang yang memang ingin aku hadiahkan. Bisa dibilang anti mainstream sih, menurutku kalau kek gitu hadiahnya lebih berkesan. Biasanya nih orang kalau beli hadiah selalu apa yang disukai oleh orang yang akan dihadiahi tersebut. Jadi, bagiku itu hal yang biasa. Lagian lebih enak "ini buat kamu" daraipada "kamu mau apa?" kesannya lebih tulus dan enak diterima yang awal.

Aku suka banget waktu ngasih kamu kururin, itu hasil buatan tangan aku sendiri dan perjuangannya untuk beli bahannya itu sesuatu banget. Harganya memang gak mahal, tapi “sesuatu” yang ada di kururin itu yang mahal (hahaha). Lain kali, aku buatkan lagi kerajinan tanganku. Nikmati paketan kemarin ya!

Sampai sini dulu ya, aku lelah menatap monitor PC. Tunggu aku kesana ya! Aku tunggu juga kamu kemari. :)

Wassalam.

Ara

Selasa, 28 Juli 2015

Bunda, aku protes!

Assalamualaikum bunda.

Bunda, sebelumnya sarah minta maaf. Sebagai anak tak sepatutnya sarah protes ataupun menulis hal yang seperti ini. Selama ini bunda sudah melakukan yang terbaik sama sarah, tapi sarah ingin protes (mungkin mengungkapkan apa yang sarah ingin atau rasakan)
Sejak bunda ditinggal oleh ayah, bunda jadi tak ingin berteman ataupun melakukan yang dulu di kerjakan bunda sebelum hal itu terjadi. Sarah merasa bunda perlu berteman, agar bunda melupakan sejenak apa yang telah dilakukan ayah.

Bunda jadi tak mau berteman sana sini. Bunda jadi sering menceritakan hal membuat sedih. Entah kepadaku ataupun kepada oranglain. Aku tau bunda sedih dan kecewa, tapi itu bukan bunda yang aku kenal. Bunda, aku  ingin bunda berteman lagi dan mengenal banyak orang. Siapa tahu ada orang baik dan kaya akan iman serta hartanya lalu mempersunting bunda. Tak memikirkan berapa usia bunda bahkan berapa buah hati yang miliki. Sejujurnya aku ingin bunda melepaskan ayah begitu saja. Biarkan beliau pergi dengan kehidupannya sendiri. Sudah tidak ada yang bisa diharapkan lagi pada ayah.

Mungkin bunda ingin merawat dan menjaga kami sendirian tanpa bantuan seorang pasangan hidup, atau mungkin mengalami traumatic atas yang telah terjadi. Sarah tau bunda melakukan ini demi sarah dan adik, tapi kami menginginkan ada seorang lelaki (ayah lagi) dalam keluarga ini. Sarah merasa kehidupan kita akan jauh lebih baik jika kita keluar dari hal membuat kita sengsara dan sedih seperti ini.

Sarah juga capek bunda, selalu diomeli sana-sini sama bunda. Sarah sudah melakukan yang terbaik. Dengan proses yang memang terbilang lama. Namun, bunda selalu tak terima. Betapa lelahnya bunda dalam suatu proses itu. Tanpa bantuan dan dukungan seorang ayah. Sarah sudah sedikit membantu pekerjaan rumah, tapi ternyata itu masih saja salah. Terkadang sarah juga bingung harus seperti apa. Harus menjadi anaknya orang lainkah?

Bunda, sarah termasuk anak yang mampu dalam hal pendidikan dan agama. Namun, sarah tak pernah memperlihatkan itu. Terutama kepda keluarga besar. Sehingga sarah kurang di percaya oleh keluarga besar bunda. Sarah masih di anggap anak bawang. Mungkin bunda tahu bagian mana yang membuatku menjadi sangat kecewa dan sedih karena hal ini. Itu hanya sebagian kecil yang aku ceritakan ke bunda. Sisanya aku pendam sendiri. Seringkali tiada gunanya sarah cerita ke bunda. Bunda lebih memihak pada mereka. Padahal sarah sudah melakukan yang terbaik menurut sarah. Tidak mudah mengikuti semua ucapan keluarga besar bunda. Aku memiliki kesibukan sendiri dan pemikiran sendiri yang memang mampu aku lakukan dan aku mengerti.

Maafkan sarah yang sering marah dan sensitive sekali. Sarah hanya lelah bunda. Lelah dengan semua ini. Sarah hanya bisa ke ALLah dan blog ini. Entah siapapun yang membacanya. Bukan bermaksut membuka aib, tapi ingin oranglain mengambil hikamha dan pelajaran apa yang telah sarah tulis. Bunda, sarah kesepian dan sarah membutuhkan cinta lain. Mungkin yang sarah butuhkan adalah cinta yang memang belum sarah miliki. Ya, yang pasti seorang ayah (lagi) dan lelaki lain yang bukan di sebut ayah.

Maafkan sarah bunda belum bisa menjadi anak yang baik dan sempurna. Terima kasih atas segalanya bunda. Love you more.
(…)